Description
PRAMOEDYA ANANTA TOER takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari. Kuasa waktu memang telah mengakhiri lakon tubuhnya di muka bumi dan kehidupan, namun ruh dalam tulisan-tulisannya, kalimat-kalimatnya, kata-katanya, petuah-petuahnya, akan senantiasa hidup dan menyisir zaman, tinggal dalam akal dan hati orang-orang yang masih peduli pada kemanusiaan, keadilan, keberanian, dan cinta.
Pram menulis, sebab itu ia abadi; dalam ingatan anak-anak bangsa yang masih peduli dan mengerti bahwa untuk bangsa sebesar Indonesia, harga diri wajib dipunyai.
“Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau?”
Pram selalu mengajak kita agar selalu menjadi musuh ketidakadilan, penindasan dan kebodohan. Sebab, “Dunia ini bukan surga. Ketidakadilan ada untuk dilawan. Itu memberikan semangat hidup.”
Endorsement
Membaca (karya) Pramoedya sama halnya membaca sejarah berdirinya sebuah bangunan bernama Indonesia. Karya-karyanya tidak berlagak genit dengan mencoba memberikan segerobak solusi dari setiap persoalan yang ada di negeri ini. Tetapi, lebih dari itu: sebagai cara pandang kita dalam melihat Indonesia dari kacamata yang paling jujur. The Wisdom of Pramoedya Ananta Toer mencoba mengajak kita menelusuri karakter manusia-manusia Indonesia, sebagai bagian dari material utama atas bangunan yang tak pernah selesai dipugar. Dan Pram telah berdiri sebagai salah seorang arsiteknya!
Daniel Mahendra, Pendiri Komunitas ‘Membaca Pramoedya’, editor buku-buku Pram.
Reviews
There are no reviews yet.