Sale!

Ki Hadjar: Sebuah Memoar

Rp110,000 Rp100,000

Ki Hadjar: Sebuah Memoar

ISBN: 978-602-7926-34-9
Terbit: April 2017
Format: 14 X 21 cm
Jumlah halaman: 558

50 in stock

Share:

Description

Aku benar-benar tak sanggup menyaksikan anak-anak yang polos itu dirampas kebebasannya dalam menuntut ilmu. Sistem pendidikan kolonial yang berdasarkan pada budaya Barat, jelas-jelas tidak sesuai dengan kodrat alam anak-anak Indonesia. Sistem pendidikan kolonial yang cenderung memaksa dan memberikan ancaman hukuman harus diganti dengan jalan memberikan kemerdekaan dan kebebasan berpikir yang seluas-luasanya kepada para peserta didik, dengan tetap memperhatikan tertib damainya hidup bermasyarakat.

Anak-anak Inlander itu harus digembleng dengan sistem pendidikan yang selaras dan sesuai dengan budaya kehidupan bangsa Indonesia. Jika pendidikan anak-anak tidak didasarkan pada semangat nasionalisme, otomatis anak-anak itu tidak akan pernah memiliki rasa cinta terhadap bangsa dan negaranya. Tidak memiliki kepedulian untuk membela dan menjaga tanah airnya, tanah tumpah darahnya.

Aku yakin, jika anak-anak itu diberi pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsanya sendiri, maka wawasan dan pengetahuan mereka akan semakin luas. Sehingga hal itu akan mendorong kesadaran anak-anak Inlander itu untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa dan raganya. Pendidikan dalam pandanganku adalah ikhtiar untuk mengajak manusia menjadi pribadi yang mandiri. Tidak bergantung kepada orang lain, baik secara lahir maupun batin.”

ENDORSEMENT:

“Penulis buku ini mampu menempatkan Ki Hadjar pada der Zeitgeist, pada momentum pencerahan dalam perjuangan nasional Indonesia secara runtut. Di situ kita belajar tentang perjuangan Ki Hadjar dan sekaligus pula belajar tentang perjuangan nasional di mana teman-teman Ki Hadjar dan tokoh-tokoh pejuang lain aktif berpartisipasi dalam perjuangan nasional Indonesia. Membaca buku ini para pembacanya akan mengetahui banyak hal di luar Tamansiswa dan ketamansiswaan. Barangkali dari perjalanan panjang perjuangan Ki Hadjar secara selektif dan sebaik-baiknya, dapat dirintis pula dari buku ini pembuatan film tentang Ki Hadjar Dewantara.”

—Prof. Dr. Sri-Edi Swasono, Guru Besar UI, Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa, Ketua Dewan Penyantun ISI Surakarta

“Tokoh pendidikan ini telah banyak dituturkan melalui berbagai kajian di luar novel. Kini saat kita menjumpai beliau melalui penuturan yang hidup.”

Sujiwo Tejo, Dalang dan Penulis Buku Bestseller Tuhan Maha Asyik

“Saya lahir dan dibesarkan dalam satu halaman dengan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Bapak dan ibu saya tinggal dan bertugas sebagai pamong (guru) di perguruan Tamansiswa Yogyakarta. Sejak kecil saya mengenal KHD sebagai eyang yang rajin berkebun dan berkeliling halaman perguruan. Sosok KHD suka tersenyum dan lemah lembut, tapi kadang terkesan sangat tegas dengan jari telunjuk bergetar. Kesan ini muncul bila saya yang masih balita bertingkah nakal, misal main lempar-lempar batu. Kala itu banyak tokoh nasional dan luar negeri bertamu. Ada pimpinan cabang Tamansiswa, para wartawan, menteri, bahkan Bung Karno. Tokoh luar negeri yang saya saksikan adalah pemenang nobel, pemimpin Santiniketan (India), J. Nehru. KHD dikenal sebagai tokoh intelektual namun terkesan rendah hati. Sebagai tokoh nasional KHD juga tampak sangat merakyat dengan kostum sarung pecinya. Sering kita lihat makan semeja bersama pamong dan pegawainya. Sejak belia jiwanya sudah anti penjajah. Tak jarang berkelahi dengan sinyo anak ambtenaar. Suwardi dididik ayahnya

Pangeran Suryaningrat untuk mengutamakan kewajiban membela sesama daripada hak pribadinya. Setelah mempelajari jalan hidupnya, ternyata KHD sebagai putra terbaik bangsa mempunyai multi talenta. Diawali perannya sebagai perintis jurnalis, tokoh politik yang non kooperatif, Bapak Pendidikan Nasional, Doktor HC Kebudayaan. Ternyata beberapa konsep manajemennya dianut oleh para pemimpin nasional dan tercantum dalam UUD 1945. Sebagai seniman agung, KHD telah mencipta tangga nada gamelan “Sari Swara” serta tembang-tembang yang sarat makna. KHD sebagai guru bangsa telah mendidik bangsa melalui berbagai bidang ilmu.”

— Ki Priyo Dwiarso, anggota Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa

“Membaca Ki Hadjar: Sebuah Memoar adalah membaca perjalanan bangsa ini dari bagian terpenting. Karena Ki Hadjar Dewantara adalah ikon dunia pendidikan kita. Novel ini mengisahkan hal-hal yang tak pernah kita bayangkan. Inspiratif!”.

— Aguk Irawan M.N., Penulis novel megabestseller Air Mata Tuhan dan Haji Backpacker

“Tugas terberat setelah mengumpulkan fakta-fakta sejarah ketika akan ditulis menjadi sebuah novel adalah menghidupkan fakta-fakta tidak bernyawa itu, sehingga pembaca tidak sekadar disuguhi rangkaian data-data mati, melainkan sebuah kehidupan utuh seorang tokoh yang tidak saja memiliki pikiran, tapi juga perasaan. Haidar Musyafa melalui novel Ki Hadjar: Sebuah Memoar ini telah berhasil melalukan tugas itu dengan baik, sehingga pembaca bisa menikmati bukan sekadar perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara yang tampak ke permukaan, tetapi juga mengungkap keseharian yang paling rahasia sekalipun.”

— E. Rokajat Asura, Penulis Novel Bestseller Kupilih Jalan Gerilya: Roman Hidup Panglima Besar Jenderal Sudirman, Dwilogi Prabu Siliwangi, Trilogi Pangeran Diponegoro, dan Air Mata Surga

 

“Novel cerdas dan inspiratif. Gelegak semangat dari Ki Hadjar dalam upaya menghidupkan pendidikan bagi kebangkitan Bumi Putera ini layak kita reguk dan gairahkan terus dengan penuh kebanggaan. Sebab itu, siapapun yang mengaku sebagai pendidik/guru atau yang peduli pendidikan, tak ada alasan sedikitpun untuk melewatkan bacaan yang mencerahkan ini”.

— Uhan Subhan, penulis, pegiat sastra dan guru SMP Swasta di Depok

“Buku ini menghadirkan jejak langkah perjuangan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dari waktu ke waktu sebagai pelopor perubahan seabad yang lalu, hingga memilih nama sesuai karakternya, Ki Hadjar Dewantara, yang mencerminkan pengalaman pribadinya menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan menjadikan setiap orang sebagai guru.”

— Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

“Buku ini menjadi buku yang mencerahkan, utamanya bagi generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Sehingga mereka memiliki semangat kemerdekaan pendidikan,

murni dan tulus sebagaimana ajaran Ki Hadjar Dewantara. Kehadiran buku ini juga bisa dijadikan tuntunan yang wajib dibaca oleh semua stake holder pendidikan, baik sekolah, pemerintah, dan masyarakat.”

— Dr. Azzam Syukur Rahmatullah, S.H.I, M.Si, M.A., Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 

“Buku Ki Hadjar: Sebuah Memoar yang menceritakan kehidupan dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara ini patut dibaca oleh kalangan aktivis, juga masyarakat umum dalam rangka mencapai masyarakat Indonesia yang lebih baik. Tujuannya, agar sikap kenegarawanan Ki Hadjar Dewantara dapat diteladani oleh generasi saat ini, guna mengantisipasi ancaman disintegrasi bangsa sebagaimana telah melanda di beberapa bekas negara Eropa Timur, Uni Soviet, bahkan di sekitar Timur Tengah. Bencana yang diakibatkan adanya disintegrasi bangsa sangat merugikan kita dan anak cucu kita.”

— Drs. H. Afnan Hadikusumo, anggota DPD RI 2014-

2019

“Kehadiran buku Ki Hadjar: Sebuah Memoar ini layak diapresiasi agar generasi muda saat ini dapat mengenal sosok Ki Hadjar Dewantara secara utuh. Beliau adalah sosok pendidik yang berjiwa revolusioner. Revolusi mental, pendidikan, dan iptek merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Revolusi iptek berbasis mental yang kuat merupakan intisari dari proses pendidikan. Semangatnya dalam membangun dan mengembangkan pendidikan bangsa layak menjadi teladan, khususnya bagi mereka yang berkiprah di dunia pendidikan. Dengan begitu, Indonesia yang telah merdeka 70 tahun, akan lebih mampu meraih cita-cita luhur kemerdekaan dan pendidikannya.”

— Prof. Dr. Siswanto Masruri, M.A., Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

“Ki Hadjar Dewantara adalah sosok Bapak Bangsa dan Pahlawan Nasional. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan. Perjalanan hidupnya yang ditulis di buku ini patut jadi pelajaran bagi upaya memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. Semangat perjuangan dan pengabdiannya untuk bangsa Indonesia patut menjadi inspirasi kita semua. Bacalah karya yang inspiratif ini!”.

— Abdul Muid Badrun, Dosen, Pecinta Pendidikan dan Pencetus One Day One Article

“Ki Hadjar Dewantara adalah pejuang yang wajib diteladani oleh seluruh generasi bangsa Indonesia. Beliau memilih untuk sepenuhnya mengabdi pada negeri. Di tengah keterbatasannya, berusaha memberikan “ruang belajar” pada pribumi, demi bangsa yang merdeka dan bermartabat. Oleh karenanya, sudah saatnya kita berkaca, menjadikan beliau sebagai contoh dalam memajukan pendidikan. Sudah saatnya bangsa ini membuktikan “keberadaannya” pada dunia. Melalui buku ini kita bisa mengenal Ki Hadjar Dewantara secara utuh, apa adanya. Baik peri kehidupannya maupun liku-liku perjuangannya dalam mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan alam pemikiran bangsa Indonesia.”

— Wahyu Hadi Wibowo, Pegiat Literasi, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Ki Hadjar: Sebuah Memoar”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × five =