Penghormatan Sukarno Kepada Imam Bukhari

Sosok Bung Karno memang menjadi magnet yang menyedot perhatian masa. Saat diminta untuk menghadiri pertemuan besar di Stadion “Pakhtakor” atau Paxtakor Markaziy Stadioni, sekitar 55 ribu orang menyaksikan dan mendengarkan pidato Bung Karno. Mereka berjubel-jubel untuk melihat sosok langsung Bung Karno yang menjadi tamu istimewa Uni Soviet dan Uzbekistan. Sebagai seorang muslim, Sukarno membuka pidatonya dengan mengucapkan, “Assalamualaikum!”

Rakyat Uzbekistan, khususnya masyarakat muslimnya akan selalu berterima kasih kepada Sukarno. Jasa Bung Karno akan selalu mereka ingat karena telah meninggalkan warisan yang teramat berharga. Peninggalan tersebut yaitu ditemukannya makam tokoh besar yang pasti namanya diingat oleh seluruh umat islam dunia, Imam Bukhari.

Cerita ini berawal saat Sukarno diundang untuk berkunjung di Moscow oleh para petinggi Uni Soviet. Beberapa sumber menyebut bahwa Sukarno bersedia mengunjungi Soviet, namun juga diijinkan untuk mengunjungi makam salah satu tokoh perawi, yaitu Imam Bukhari.

Beberapa tulisan banyak menyebut Sukarno memberikan satu syarat kepada Kruschev saat bersedia diundang singgah di Moscow. Syarat itu yaitu Kruschev harus menemukan makam Imam besar di Samarkand.  Namun, beberapa ahli sejarah meragukan kebenaran soal tersebut. Dasar argumentasinya yaitu tidak adanya literasi resmi yang mengulas peristiwa itu.

Namun, Sukarno memang pernah berkunjung ke Taskhent dan Samarkand selama singgah di Uzbekistan. Selama di Samarkand, Sukarno juga dikabarkan singgah di makam Imam Bukhari. Maka, sangatlah wajar jika penguasa di Moscow akan menyiapkan kunjungan tersebut agar berjalan lancar dan menyenangkan hati Sukarno. Beberapa persiapan yang dilakukan yaitu memperbaiki jalan atau rute yang akan dilewati atau dikunjungi tamu besar Sukarno. Yang pasti, tidaklah berlebihan jika Moscow membersihkan atau merenovasi tempat yang akan dikunjungi Sukarno.

Kunjungan Sukarno di makam Imam Bukhari memang berujung dilakukannya pemugaran oleh penguasa Uni Soviet dan Uzbekistan. Selain itu, kunjungan Sukarno tersebut membuat makin banyak rakyat Uzbekistan berziarah di makan imam besar di tanah Samarkand. Di era Uni Soviet yang berideologi komunis, hal-hal yang berbau keagamaan dilarang keras.  Oleh karenanya, rakyat Uzbekistan takut untuk mempraktekkan ritual-ritual agama secara bebas dan terbuka. Namun, Sukarno tidak mau tunduk pada aturan Uni Soviet tersebut. Keinginannya untuk berziarah di makam Imam Bukhari sebagai pengecualian.

Bagi Sukarno, ketokohan dan jasa-jasa perawi Imam Bukhari telah ia kenal sebelumnya. Seperti umumnya umat muslim lainnya, Sukarno mempelajari sejarah Imam Bukhari dan hadist-hadist yang dikumpulkannya.Saat menjalani masa pembuangan di Bengkulu oleh pemerintah kolonial Belanda, Sukarno giat mempelajari agama Islam, termasuk tokoh-tokoh besarnya seperti Imam Bukhari.

Menurut sejarahnya, Imam Bukhari lahir di Bukhara pada tahun 196 Hijriah atau 810 Masehi. Semenjak kecil, Imam Bukhari yang aslinya bernama Muhammad telah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan yang luar biasa. Saat remaja, Imam Bukhari bahkan telah hafal Al-Quran di luar kepala dan beberapa kitab-kitab lainnya.

Umat muslim sedunia memang wajar untuk selalu ingat dan berterima kasih atas jasa-jasa Imam Bukhari. Selama hidupnya, Imam Bukhari melanglang buana, khususnya di beberapa negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Irak, dll untuk mengumpulkan dan meneliti hadist-hadits dari Rasulullah SAW. Jumlahnya mencapai jutaan yang kemudian dipelajari dan diverifikasi mana yang kuat dan yang lemah. Dari upaya yang berlangsung salam berpuluh-puluh tahun tersebut, Imam Bukhari akhirnya berhasil menuliskan sekitar 9082 hadist dalam kitab Al-Jami’al-Shahil atau yang banyak dikenal sebagai Shahil Bukhari.

Kunjungan di Uzbekistan sangat membekas di hati Sukarno. Waaupun pertemuan hanya berlangsung selama beberapa hari, keramah-tamahan dan semangat persahabatan yang ditunjukkan rakyat Uzbekistan sangat membekas di hatinya. Rakyat Uzbekistan memiliki kesamaan dengan bangsa Indonesia. Mereka sangat ramah terhadap pendatang baru sekalipun. Seperti kebanyakan orang Indonesia, masyarakat Uzbekistan sangat menghormati para tamunya. Bahkan, mereka terbiasa menyuguhkan makanan dan minuman terbaik untuk menyenangkan tamunya.

Keramahan rakyat Uzbek membuat Sukarno seperti berada di negeri sendiri. Karenanya, Sukarnomengaku berat hati di saat harus meninggalkan Kota Tashkent. Untuk itu, Sukarno secara khusus menulis sebuah surat khusus dan mengirimkannya untuk rakyat Uzbekistan.

Selama di Uzbekistan, Sukarno dipandu langsung oleh Shar Rasjidov yang ditunjuk langsung oleh Presiden Voroshilov. Shar Rasjidov diberi wewenang untuk menyusun dan bertanggung jawab terhadap semua jadwal kunjungan Sukarno selama di Uzbekistan.

Perjalanan Sukarno dari Moscow menuju Tashkent, Uzbekistan ditempuh melalui perjalanan udara. Sukarno disambut dengan luar biasa saat pesawatnya mendarat di bandara udara internasional Tashkent.Rombongan presiden menginap di Oriental Palace. Sebagai seorang muslim, Sukarno mendatangi dan sholat di masjid Sjech-Tillja.

Sukarno berkeliling di beberapa kota di Uzbekistan, seperti di Samarkand, Kzyl-Uzbekistan dan Chirchik. Dalam sela-sela kunjungan tersebut, Sukarno juga menyaksikan langsung para petani kapas yang sedang bekerja di perkebunan. Sukarno terlihat bersemangat beraudiensi dengan para petani. Peristiwa tersebut berlangsung pada tanggal 5 September 1956. Salah seorang pemilik perkebunan menyambut kedatangan Sukarno. Pesta kecil-kecilan di buat untuk menyambut kedatangan tamu agung dari Indonesia.

Makanan dan minuman khas tradisional Uzbekistan disajikan. Sekelompok pemuda-pemudi Uzbek memainkan musik tradisional dan diiringi tarian “square dancing”. Semua yang hadir terlihat sangat bahagia. Sukarno turut langsung larut dan bergabung menari. Ia ikut menari yang kemudian diikuti oleh Shar Rasjidov, Dubes Indonesia di Uni Soviet, Palar; Dubes Uni Soviet di Indonesia, Zukov; dan beberapa petinggi lainnya. Semuanya terlihat gembira menikmati waktu siang tersebut. “I never had so great fun in so little time as I have now. Let us drink to the welfare of all mankind,” kata Sukarno yang langsung disambut dengan kata “Gharaso,” sebagai tanda setuju.5

Sebagai tanda persahabatan, seorang pemilik perkebunan menghampiri dan memberikan seekor kuda cantik berwarna abu-abu kepada Sukarno. Kuda itu memang cantik dan menawan bagi yang melihatnya. Sukarno sangat senang menerima hadiah tersebut. Saat itu pula, Sukarno memberi nama kuda tersebut dengan panggilan “Petir Uzbek.” Dihadapan sang pemberi dan hadirin, Sukarno berkata, “From now on I will call you “Petir Uzbek.”6

Jamuan makan malam diberikan kepada Sukarno dan rombongan oleh Shar Rasjidov di Oriental Palace. Makanan dan minuman terbaik Uzbekistan disiapkan. Api unggun dinyalakan dan tari-tarian disajikan untuk menghibur tamu agung. Galia Ismailova dan Halimah Nazirova adalah dua dari sekian banyak penari ballet Uzbekistan yang menghibur Sukarno dan undangan lainnya. Gala dinner itu seolah menjadi pertunjukan seribu satu malam yang tidak terlupakan.

 

Sukarno disambut oleh rakyat Uzbekistan7

Bung Karno telah menjadi bagian sejarah Uzbekistan. Nama Sukarno atau Bung Karno hingga kini masih diingat oleh sejumlah rakyat Uzbekistan. Jejak-jejaknya di Samrkand, khususnya di makam Imam Bukhari masih diingat hingga kini. Penulis dalam hal ini pernah melakukan kunjungan langsung di makam Imam Bukhari pada tahun 2016. Saat berada di kompleks Imam Bukhari, penulis masih merasakan keagungan dan jejak-jejak Bung Karno.

Kompleks Imam Bukahri berdiri megah di Samarkand, Uzbekistan. Dikelilingi taman yang luas, bangunan inti dikelilingi oleh bangunan yang didalamnya terdapat masjid sekaligus makam sang Imam. Di tengah-tengah bangunan terdapat bangunan cantik yang didalamnya terdapat makan imam suci Bukhari. Penulis sendiri mendapatkan kesempatan untuk ziarah di makam sang Imam yang berada di basemen bangunan. Setiap pengunjung tidak dapat memasuki bangunan di bawah tanah tersebut. Umumnya para peziarah hanya diijinkan berziarah di lantai atas bangunan.

Seorang imam masjid menemui penulis dengan sangat ramahnya. Sang imam menceritakan sejarah kehidupan Imam Bukhari dan kompleks bangunan yang kami singgahi saat itu. Kemudian, penulis dan rombongan diajak sang Imam untuk berziarah di makam Imam Bukhori. Sebuah batu nisan tertutup kain warna hijau terlihat saat kami memasuki ruangan. Sang Imam menyebut batu nisan tersebut sebagai makam Imam Bukahri.

Dibalik kemudahan penulis berziarah di dalam komplek makam Imam Bukhari, ternyata tidak bisa dilepaskan dari peran dan peninggalan keagungan Bung Karno. Setiap warga Indonesia konon diijinkan untuk berziarah di makam Imam Bukhari.Hal ini disebabkan rakyat Uzbekistan masih ingat dan berterima kasih atas jasa baik Sukarno yang telah berziarah di makam Imam Bukhari pada tahun 1956.

 

Sumber: Dunia Dalam Genggaman Bung Karno, karya Sigit Aris Prasetyo, Penerbit Imania, 2017

 

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 + fourteen =