Pustaka Iman- Tuhan sangat asyik ketika tidak dikurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan, Tuhan tidak bisa dipikirkan dan dikonsepsikan. Hal itu disampaikan oleh Seniman sekaligus penulis Sujiwo Tedjo saat digelar agenda Bedah Buku Tuhan Maha Asik karya dirinya. Agenda yang digelar di Auditorium Utama IAIN Purwokerto pada Senin, (18/12) itu di gagas oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Purwokerto.
Pada kesempatan itu seniman yang akrab dipanggil Mbah Tedjo itu memaparkan tentang proses kreatif kepenulisannya. Buku itu menurut Tedjo merupakan buah dari pengalamannya dalam upaya menemukan Tuhan. Menurut Tedjo proses manusia dalam menemukan Tuhan berbeda beda. “Alih-alih, Tuhan harus ditemukan dan penemuan itulah yang membuat pengalaman itu menjadi sangat asyik”, ujarnya.
Kepada pembaca bukunya, Seniman nyentrik itu memberi masukan agar buku itu dibaca untuk dilupakan. Menurutnya, tulisan-tulisannya ini sebaiknya hanya digunakan untuk latihan berpikir saja, tidak untuk dianalisis terlalu mendalam. “Cara membaca buku ini, kalau kamu sudah baca sampai selesai, maka kurangi terus kata-katanya, hapus sampai kosong. Seperti pertunjukan wayang, dimulai dengan gambar kosong, lalu ada yang sok tahu, sok menasehati, sok merangkum, tapi lama-lama (ketika berakhir, maka akan) kosong lagi. Jadi hanya untuk latihan berpikir saja,” katanya.
Sementara Akademisi yang juga merupakan salah satu partner Mbah Tedjo dalam menulis buku Tuhan Maha Asik Nur Samad Kamba atau akrab disebut Buya Kamba menjelaskan proses penulisan buku itu sangat santai. Menurutnya buku itu mengurai beberapa kisah tentang keberagaman agama, dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Buku itu menurutnya merupakan respon dari kondisi manusia saat ini, ia berpandangan saat ini Tuhan dikonsepsi sedemikian rupa sesuai dengan kehendak tiap tiap individu.
Konsepsi itu menurut Buya tunduk pada rekayasa alam pikirin sehingga semakin banyak orang mengkonsepsi maka Tuhan semakin jauh. Pemikiran semacam itu menurut Buya yang akan menjadi penyebab perpecahan bangsa Indonesia atau lebih luas umat manusia, Karena berimbas pada rasa egoisme yang tinggi bahwa Tuhannya lah yang paling benar atau agamanya lah yang paling baik. Oleh karena itu menurut Buya sebagai manusia yang merupakan mahluk yang dapat berfikir, hendaknya potensi berfikir diarahkan pada meningkatkan efek kebermanfaatan sebuah kehadiran.
Sementara menurut salah satu peserta Aldila Nova, acara itu sangat bagus dan berisi. Karena beberapa nasehat dari narasumber yang merupakan perpaduan yang pas yaitu satu budayawan nasional sedangkan yang satu merupakan filsuf. Apalagi, menurut nova gaya penyampaian dari narasumber cukup menarik ditambah iringan lagu-lagu dari Sujiwo Tedjo yang berkelas menambah asiknya acara itu. Nova berharap akan banyak lagi agenda yang menarik yang bisa diselenggarakan di IAIN Purwokerto untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa. (van)
Sumber:
http://iainpurwokerto.ac.id/en/tuhan-jangan-dikurung/