“Habibie & Soeharto”, Kisah tentang Kedekatan “Anak dan Ayah”

Oleh: Tety Polmasari

Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day diperingati Selasa (8/9/2020). Berkaitan dengan itu, saya ingin mengulas sedikit buku karya Andi Makmur Makka, jurnalis senior (Republika) yang juga orang dekat BJ Habibie.

Buku terbarunya di tahun ini, yang diluncurkan di The Habibie Center, Kemang, Jakarta, tak lama setelah itu pandemi Covid-19 mewabah negeri ini. Dan, ini buku kesekian tentang Burhanuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, yang ditulisnya.Apakah teman-teman sudah membacanya?

Soeharto dan Habibie berinteraksi selama dua dekade. Itu bukanlah masa yang sebentar dalam sebuah interaksi. Tentu banyak sekali momen-momen yang berlangsung dalam rentang waktu tersebut.

Banyak yang bilang hubungan BJ Habibie dan Soeharto tidak harmonis. Termasuk saya yang juga berpikiran seperti itu  bahwa kerenggangan terjadi hingga Soeharto wafat pada 27 Januari 2008.

Apakah demikian? Melalui buku berjudul “Habibie & Soeharto” karya Andi Makmur Makka, pemikiran yang terkait hubungan dua tokoh bangsa ini, terluruskan.

Buku yang diterbitkan oleh penerbit Imania ini menceritakan kedekatan dua sosok yang amat berpengaruh. Tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Buku setebal 198 halaman ini dibuatnya untuk menggambarkan kedekatan antara Habibie dan Soeharto.

Itu sebabnya, cover buku ini memperlihatkan Habibie membonceng Soeharto menaiki motor gede, yang menggambarkan kedekatan dua tokoh bangsa itu. Buku ini dibuat untuk mengklarifikasi beberapa isu tidak masuk akal terkait kepemimpinan Presiden Habibie dan Presiden Soeharto.

Salah satu isu yang diklarifikasi secara tidak langsung adalah mengenai Habibie yang minta dipilih menjadi Wakil Presiden oleh Soeharto. Isu pemilihan Wakil Presiden ini bahkan sampai melibatkan kanselir Jerman. Padahal tidak demikian adanya.

Yang benar, Habibie ingin beristirahat dan tidak akan masuk lagi jadi bagian pemerintahan Soeharto setelah tugasnya sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi selesai.

Kala itu, Habibie sudah merasa cukup menjadi pejabat pemerintahan dan ingin kembali ke Jerman. Tapi tiba-tiba dia dapat surat dari Soeharto terkait usulannya sebagai calon wakil presiden.

“Dia sudah mau beristirahat, tapi dia diisukan ingin menjadi wakil presiden. Di sini kita hadirkan apa yang bisa menjawab isu di masyarakat. Buku ini akan membantah asumsi-asumsi atau pandangam seperti itu. Saya ingin meluruskan beberapa opini-opini dan persepsi yang masih keliru,” tutur Sekretaris Dewan Pengurus The Habibie Center itu.

Ia menepis tudingan yang menyebutkan Habibie adalah titipan Soeharto untuk melanjutkan posisi RI 1. Padahal, tidak demikian. Ia hanya menyajikan fakta-fakta konkret yang didapatnya dari beberapa narasumber utamanya.

Dengan buku ini akan membantah dengan sendirinya opini-opini yang sudah terlanjur melekat di benak masyarakat. “Yang hendak ditampilkan di sini, sebagaimana dogma dan doktrin jurnalisme, kita harus seimbang, fair menyajikan,” kata pria asal Parepare, Sulawesi Selatan itu.

Peraih rekor MURI sebagai penulis buku paling produktif, ini mengaku belum pernah mewawancarai secara eksklusif dengan Soeharto, Presiden ke-2 RI, sementara dengan BJ Habibie sering.

Ia pun berharap apa yang sudah ditulisnya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas secara umum. Terutama meluruskan isu-isu miring dari kedua tokoh itu, yang belum diketahui fakta-faktanya.

“Beberapa hal yang perlu diketahui juga bahwa dalam buku ini, seperti dalam sejarah, kita harus melihat waktu, ruang peristiwa dan aktornya.”

Dewan Penasihat Mapiptek (Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) — organisasi yang juga saya ikuti, ini memotret interaksi dua bapak bangsa yang unik  dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Terlihat dari sampul buku yang menggambarkan Habibie memboncengi Soeharto dengan motor gede. Foto itu juga menandakan atau menjadi simbol kedekatan antara Habibie dengan Soeharto.

Selama hampir 48 tahun mengenal Soeharto (Habibie bertemu pertama kali dengan Soeharto saat Soeharto memimpin penumpasan pemberontakan Andi Aziz di Makassar, yang markas pasukan Soeharto tepat di seberang rumah keluarga Habibie), dalam kacamata Andi Makmur Makka, hubungan Habibie dan Soeharto ini ibarat ‘Ayah dan Anak’.

Banyak media mainstream yang mengembangkan isu-isu terkait Habibie dan Soeharto. Misalnya saja isu tentang retaknya hubungan antara keduanya karena alasan-alasan tertentu. Buku ini menjelaskan semuanya, meluruskan rumor yang selama ini beredar tentang hubungan antara keduanya.

Saya tidak bisa menuliskan secara panjang lebar keseluruhan isi buku ini. Lebih enak kalau membaca sendiri, biar terpuaskan.

Tidak usah bingung ke mana harus mencarinya. Di banyak marketplace ada kok. Tinggal ketik saja nama judul bukunya. Stoknya masih banyak. Tidak percaya? Ya, dicoba saja. Ok.

Oh iya, Andi Makmur Makka adalah seorang jurnalis senior, penulis puisi, naskah drama, dan cerita pendek sejak berseragam putih biru di Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

Saya dan teman-teman Mapiptek beberapa kali menyambanginya di The Habibie Center sekedar untuk berdiskusi mengenai perkembangan iptek saat ini.

Ia memiliki hubungan mendalam dengan BJ Habibie dan mencoba menulis momen demi momen kehidupan Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Beberapa karya tulis dan suntingan terutama terkait biografi B. J. Habibie sudah dimulai sejak tahun 1978 hingga Februari 2018 selaku inisiator penerbitan buku, editor, tim editor dan juga penulis tunggal.

Sumber: https://www.kompasiana.com/nengsari/5f584419838cc66de3379992/habibie-soeharto-kisah-tentang-kedekatan-anak-dan-ayah?

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twelve − nine =